Enlightening Parenting #1
Bismillah.
Dengan memahami keseluruhan konsep di atas, maka mari kembali pada pertanyaan : apakah tujuan pengasuhan anak?
Menjadi anak soleh?
Menjadi anak mandiri? Bertanggungjawab? Cerdas? Bermanfaat?
Mari kita rangkum jadi satu kalimat : MENJAGA POTENSI BAIK ANAK.
Insya Allah.
Kenapa
kudu belajar parenting?
Siapa
yang yakin bekalnya sudah cukup untuk mengasuh anak?
Siapa
yang yakin bahwa dirinya pasti bisa mengasuh anak dengan baik? Standar baik
seperti apa yang diyakini?
Apa
pegangan utama dalam mengasuh anak?
Sudahkah
punya tujuan dalam pengasuhan anak?
1. Ingat
: anak membawa potensi baik (FITRAH) à tugas orangtua adalah Menjaga dan
Mempertahankan Potensi Baik Anak.
Fitrah ada apa saja?
a. Fitrah iman, termasuk percaya
kepada Allah (IMAN) dan taat
b. Fitrah bertahan hidup : anak punya sistem respons
internal, contohnya makan ketika lapar dan berhenti makan ketika kenyang.
Contoh paling mudah terlihat ketika bayi baru lahir punya respons menangis à respons untuk bertahan hidup
di lingkungan udara, bukan dalam cairan.
c. Fitrah belajar hingga piawai : anak punya kemampuan alami
untuk mencoba sesuatu sampai bisa/berhasil. Contoh paling gampang ketika anak
belajar berdiri dan berjalan. Kemudian semakin besar, anak akan semakin
tertarik untuk bisa melakukan apa yang dilakukan oleh orangtua/orang di
sekelilingnya.
d. Fitrah kasih sayang : dalam tubuh manusia terdapat
hormon oksitosin yang diketahui mempengaruhi rasa saling percaya, ketenangan,
rasa aman, keinginan menolong, perhatian, dll.
e. Fitrah berinteraksi : manusia adalah makhluk
sosial à di Montessori, sejak dini
anak diajarkan untuk berkolaborasi, bukan berkompetisi. Lebih jauh, konsep
kolaborasi ini mengajarkan anak untuk memiliki dan menghargai batasan dirinya
dengan orang lain, yaitu batasan fisik. Dalam berinteraksi, terdapat jarak atau
batasan yang memungkinkan kedua belah pihak merasa nyaman akan interaksi
tersebut. Dalam filosofi Montessori, anak diajarkan untuk belajar menawarkan
bantuan, menerima bantuan, bahkan menolak bantuan. Di lain pihak, anak juga
belajar untuk menerima ketika bantuannya ditolak. Dengan demikian,
masing-masing anak mampu menghargai satu sama lain dan berkolaborasi secara
positif, bukan berkompetisi.
f. Fitrah
seksualitas :
fitrah seksualitas ini erat terkait dengan peran bapak dan ibu serta interaksi
yang dibangun antara bapak-ibu-anak. Masing-masing memiliki peran berbeda yang
saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan/dihilangkan. Fitrah ini juga
g. Fitrah tanggung jawab : manusia lahir dengan
memikul tanggungjawab yang besar : silakan pelajari tujuan hidup agama dan
kepercayaan masing-masing. Setiap manusia telah diberikan syaqilah oleh Allah
SWT dan masing-masingnya berbeda satu sama lain. Syaqilah ini adalah bekal
potensi yang Allah hadiahkan kepada manusia untuk dapat secara maksimal
dikembangkan dan digunakan bagi kemanfaatan sesama di kehidupan dunia dalam
rangka mempersiapkan kehidupan akhirat.
2.
Ingat
: tugas orangtua adalah menjadi TELADAN, MENGINGATKAN, dan
MEMPERBAIKI.
a. Menjadi TELADAN berarti
menjadi contoh yang mencerminkan potensi baik anak (lihat lagi ketujuh fitrah
manusia). Kalau ingin anak soleh, apakah saya sudah jadi ibu yang solehah,
bapak yang soleh? Kalau ingin anak bersikap sopan santun, sudahkah saya santun
kepada orang lain? Kalau ingin anak senang belajar, masihkah saya mengeluh
bahwa sekolah itu mahal, sekolah itu susah? Kalau ingin anak rajin, masihkah
kita pertontonkan sikap malas kita di hadapan anak?
b. MENGINGATKAN berarti menjadi
pengingat, baik untuk diri sendiri sebagai orangtua maupun bagi anak. Ketika
lelah itu datang, ingatlah bahwa jauh di depan sana, suatu hari kelak, saya
sungguh ingin keluarga saya ini berkumpul lagi selamanya dalam surga Allah SWT.
Maka, ketika anak mulai “bertingkah” sedikit melenceng, maka wajib bagi saya
untuk mengingatkan. Pun begitu ketika pasangan mulai bersikap berbeda.
Konsep
mengingatkan adalah bahwa semua pihak (bapak-ibu-anak) harus senantiasa
berpegang teguh pada jalan Allah (Allah mengajak pada path, jalan, bukan
tempat/tujuan à
berarti bahwa masing-masing orang memiliki kecepatan yang berbeda, dan yang
dinilai adalah progress dan effort yang dilakukan, bukan seberapa dekat dengan
tujuan). Mengingatkan juga berarti
menumbuhkan kembali kesadaran atas janji pada Illahi bahwa saya beriman kepada
Allah SWT (ingat fitrah iman).
c. MEMPERBAIKI dalam hal ini
memiliki makna bahwa setiap manusia tidak lepas dari kesalahan. Dan seperti
apapun, sebesar apapun kesalahan yang dibuat, manusia selalu memiliki kesempatan
untuk kembali ke jalan Allah SWT dan MEMPERBAIKI diri. Ini adalah konsep
maghfiraah Allah, ampunan Allah yang Maha Luas. Your sin is not greater than
God’s mercy. Maka, sebagai orangtua, saya punya tugas memperbaiki diri sendiri,
pasangan, dan anak ketika terjadi kesalahan, dan selanjutnya membimbing kembali
ke jalan Allah.
Dengan memahami keseluruhan konsep di atas, maka mari kembali pada pertanyaan : apakah tujuan pengasuhan anak?
Menjadi anak soleh?
Menjadi anak mandiri? Bertanggungjawab? Cerdas? Bermanfaat?
Mari kita rangkum jadi satu kalimat : MENJAGA POTENSI BAIK ANAK.
Insya Allah.
Comments
Post a Comment
Nothing compares to good feedback, and yeah, good feedback means positive and negative feedback. I need those both! Please share here.