Galau Bikin Lelah
Depok,
11 Desember 2017
Bismillah.
Jadi,
ceritanya, saya sedang galau berat.
Panglima
Kancil sudah berusia 2 tahun 7 bulan. Usia yang sangat sensitif akan banyak
hal. Seringkali saya dan Jendral Kancil “kewalahan” merespon tingkah polah dan
ucapan Panglima Kancil dari hari ke hari.
Trus,
galaunya kenapa?
Galaunya
karena saya tuh ingin sekali bisa membersamai Panglima Kancil setiap saat. It
means so much for me, to be able to accompany and engage with him in every way.
Saat ini saya bekerja 8 jam sehari, ditambah perjalanan PP rumah-kantor-rumah,
total 12 jam saya di luar rumah. Pagi biasanya saya bangunkan Panglima Kancil
sangat pagi (jam 4 pagi) supaya kami bisa punya waktu untuk mengobrol sebentar
dan diakhiri dengan naik motor keliling lapangan sebelah rumah sebelum Jendral
Kancil kemudian mengantar saya ke stasiun. Pulang kantor umumnya setelah shalat
maghrib, dan sampai rumah rata-rata jam 8 malam. Di jam tersebut, biasanya
Panglima Kancil sudah tidur, meski jarang ia masih terjaga. Di saat ketika
Panglima Kancil masih terjaga, saya berupaya keras melawan lelah bekerja
seharian untuk bisa hadir sepenuhnya bagi Panglima Kancil.
Siapa
bilang ketika sampai rumah sepulang kerja dan melihat buah hati maka rasa lelah
itu akan hilang begitu saja? Oooh… bagi saya itu omong kosong. Saya nggak
percaya sama sekali.
Jujur,
bagi saya, lelah ya lelah. Capek ya capek. Wajah buah hati saya yakin 100%
pasti menyejukkan mata dan hati kita, no one will disagree. Tapi, ketika saya
pribadi belum mampu memahami bahwa ketika saya pulang ke rumah, tugas dan peran
utama saya sebenarnya baru saja dimulai, oh, please stop being a hypocrite!
That is why, menjadi orangtua itu tidak mudah. Menjadi orangtua itu tidak
gampang. Melawan rasa malas, melawan kebiasaan buruk, melawan sifat buruk,
melawan rasa egois, melawan lelah, melawan amarah, melawan dunia yang semakin
melontarkan tantangan setiap saat.
Siapa
yang tidak lelah sepulang bekerja seharian? Lalu rasanya ingin, bukan, rebahan
santai di sofa sambil scrolling down berita dan media sosial di hp? Atau,
nikmat bukan, bisa melempar sepatu ke seberang ruangan, meninggalkan piring
kotor bekas makan di meja makan, menonton apapun yang ada di tv? Adegan
berikutnya adalah buah hati datang menghampiri dan oh Tuhan, kenapa dia nggak
bisa diam? Kenapa dia nggak paham orangtuanya lelah bekerja seharian demi
membelikannya mainan mobil-mobilan mahal itu, yang baru kemarin dibelikan dan
hari ini sudah teronggok rusak dia lempar? Oh Tuhan, kenapa siy, nak, nggak
bisa duduk manis, diam saja disitu main sama mainanmu, atau ini, sini,
bapak/ibu nyalakan tv, kamu nonton kartun saja ya, bapak/ibu capek loh, nak.
Mau nonton youtube? Oke sini ya.
Weekend
tiba dan hey, ada film action baru di bioskop! Tapi anak masih kecil banget,
masa dibawa ke bioskop siy? Eh tapi kan nggak ada larangan bawa anak kecil kan.
Dan berlalulah waktu 2,5 jam kami di bioskop .
Jahat
ya. Begitu jahatnya sikap ke anak.
Kegalauan
saya muncul karena saya pribadi merasa sangat kurang ilmu akan pengasuhan anak.
Saya merasa nggak punya bekal sama sekali. Saya menikah ya menikah, saat itu
tanpa memikirkan bahwa saya akan punya tanggungjawab sebesar ini dalam mengasuh
anak. Saya kira parenting will come naturally. Actually, it's not. Harus
belajar. Harus mau lelah, ya lelah belajarnya, lelah implementasinya, lelah
sabarnya. Balik lagi, dengan usia Panglima Kancil saat ini, saya punya
cita-cita, bahwa di usianya yang 3,5 tahun, saya akan menghabiskan lebih banyak
waktu dalam membersamai tumbuh dan berkembangnya. Saya ingin berkarya (kalau
nggak bisa dibilang bekerja) maksimal 5 jam dalam sehari. Keluar kota 1-2x
dalam sebulan is OK, dengan catatan Panglima Kancil bisa sewaktu-waktu ikut
serta. Saya ingin waktu saya dalam berkarya itu bisa memberi manfaat bagi
banyak orang, minimal bagi diri sendiri, menjadi pengingat ketika malas dan
sombong datang. Saya ingin berbagi, meski sedikit. Saya nggak mau dan nggak
bisa diam saja, mengalah pada lemah.
Maka, Ya Rabb, mampukan kami menjadi orangtua yang mampu menjaga fitrah anak kami sesuai
yang Engkau tetapkan baginya. Mampukan kami lahir dan batin. Mampukan kami
berubah menjadi lebih baik. Mampukan kami menjadi pribari yang memberi manfaat.
Aamiin.
Comments
Post a Comment
Nothing compares to good feedback, and yeah, good feedback means positive and negative feedback. I need those both! Please share here.