Here’s What I Learned

Bismillah.

Image result for something just like this

Seperti yang pernah saya share sebelumnya, Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk belajar dalam kelas Pra Matrikulasi Institut Ibu Profesional (IIP) di kota saya. Sudah 2 minggu ini kami, para emak-emak yang haus ilmu, “dipaksa” untuk semakin berdaya. Ternyata menjadi berdaya juga butuh pengorbanan ya, ehehehe.
Hai, para emak, yang pernah ngeributin emak bekerja vs emak rumah tangga dsb dsb, yuk ah kita main bareng trus ngopi santai sambil diskusi bahwa GAK ADA PENTINGNYA ngeributin hal yang nggak penting, seolah-olah nggak ada hal lain yang lebih layak untuk diributin. We’ve past through that, yes? Oh yes we are!

Di grup kami, ada sebanyak 202 (yes, dua ratus dua!) emak-emak yang semuanya punya semangat untuk berdaya dari dalam, dimulai dari diri sendiri, dalam keluarga lalu dalam lingkungan masyarakat. Daaan… semangat yang kuat itu kok ya terasa banget ke saya, masya Allah… kayaknya setiap diskusi dan sharing itu seperti membawa ombak semangat yang menyapu pantai jadi basah dan jejak-jejaknya semakin kuat.

Selama interaksi beberapa hari tersebut, saya melihat ada emak-emak full time mom, ada yang bekerja seperti saya sendiri, ada yang punya usaha, macem-macem banget. Menariknya, kami semua menghadapi berbagai tantangan yang berbeda dalam menjalani pembelajaran kami di grup ini. Oh well, sebelum bergabung di grup saja, coba kita cek, ada berapa banyak grup WA dalam hp kita? Arisan RT, tim kerja di kantor, orangtua siswa, geng gosip cantik, dan banyak lagi. Setiap orang dari kami punya tantangan dan prioritas yang berbeda. Setiap hari, setiap saat. Anak atau suami yang sakit, target penyelesaian pekerjaan kantor yang mendekat, proyek sosial yang udah manggil-manggil, semuanya memaksa kami untuk bisa adjust dan re-arrange our time allocation and priorities. Ya nggak?

Belum lagi, karna saking semangatnya (biasalah emak-emak), kadang kami gak ngikutin diskusi/chat sejak awal, lalu tiba-tiba menanyakan hal yang sudah ditanyakan (dan sudah dijawab) atauuuu menanyakan ada tugas apa, kapan deadline tugas dikumpulkan, atauuu justru komen dengan single word comment seperti “hadir”, “nyimak” and in other forms of single word comment. Aaaaah ini tuh buat saya adalah godaan banget untuk langsung komen “mak-mak yang kece dan baik hati, please stop commenting unnecessarily like that because I could not concentrate on the materials given!” tapi lalu mikir, kalau aku komen seperti itu, bukannya aku juga lagi ngasih komen gak penting dan mengganggu konsentrasi emak-emak yang lain? Oh what a contrary!
Di satu sisi, saya yakin emak-emak mengupayakan yang terbaik untuk bisa aktif belajar dan menunjukkan eagerness to learn. Di sisi lain, setiap emak juga punya hak untuk bisa berkonsentrasi atas materi atau diskusi yang sedang berjalan tanpa terganggu oleh single word comment tadi.

So, for me, lets go back to our Code of Conduct in this class.
  1. Memiliki integritas tinggi
Agak berat membaca kata integritas? Yuk coba kita dalami sedikit makna kata ini. Di grup foundation IIP, emak-emak pasti pernah membaca tentang sikap memiliki integritas tinggi ini, bukan? Ini adalah salah satu perilaku bermartabat emak-emak kece dalam menjalani kehidupan dan peran sebagai ibu, istri, anak, pekerja, dsb. Dalam ranah IIP, integritas tinggi adalah komitmen dan konsistensi antara perilaku dan pikiran yang sesuai dengan nilai, keyakinan dan prinsip komunitas. Miriplah dengan saya yang kerja di kantor, pasti diminta untuk punya integritas. Kenapa integritas? Karena begitu kita tergabung ke dalam sebuah kelompok/tim/komunitas/apapun namanya, ada identitas kelompok yang kita emban serta, bukan? “Itu tuh si Ibu Kancil yang gabung di IIP, yang orangnya suka merendahkan orang lain, ih jangan-jangan semua emak di IIP juga sifatnya sama kayak gitu ya”, gak enak kan kalau ada yang ngomong seperti ini? Naudzubillah. Semua emak-emak di IIP adalah pejuang terdepan dalam keluarga, dalam memastikan semua kebutuhan anggota keluarga, jadi saya yakin insya Allah dengan pertolongan Allah, kita bisa memiliki integritas yang tinggi dalam menjalani berbagai peran kita, salah satunya sebagai emak pembelajar di IIP, aamiin.

2.      Semangat berbagi dan melayani
Ini sebenarnya konsep dan filosofi yang sangat sederhana dan mendasar dalam sifat manusia : manusia dilahirkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, keduanya berjalan berdampingan. Bukankah manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi manusia lain? Dalam skala besar tentu bukan hanya kepada manusia lain, tetapi juga bagi lingkungan, negara, dan agama. Serunya, di kelas pra matrikulasi aja kami sudah didorong untuk selalu berbagi melalui tugas-tugas yang memungkinkan kita berbagi keluar, salah satunya dengan tugas pembuatan blog. Nggak sedikit emak yang berpikir, “saya nggak punya apapun untuk dibagi ke orang lain, saya gak bisa nulis, tulisan saya isinya curhatan doang, gak makna deh pokoknya”. Eits, bukannya manfaat itu dirasakan oleh orang lain ketika kita sudah memberikannya, membagikannya? Siapa yang tahu, curhatan kita bisa jadi juga adalah curhatan hati emak-emak lain yang kemudian saling memfasilitasi sehingga diperoleh berbagai pilihan solusi bersama-sama? Menantang kan?! 

3.      Memisahkan kepentingan pribadi dengan kepentingan komunitas
Kalau saya yang sering ketemu UMKM akan bertanya pertama tentang keuangan usaha : udah dipisahkan belum antara keuangan pribadi dan keuangan usaha? Rupanya konsep ini juga harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat (dalam skala luas) maupun dalam kehidupan bergrupWAria, salah satunya dalam IIP. Ingat the greater good yang ingin kita raih bersama. Lalu cek kembali apakah kepentingan pribadi kita sebanding dengan hal tersebut? 

4.      Semua boleh, kecuali yang tidak boleh
Ini sama kayak “everything is halaal until proven haraam”. Iya nggak sih? Mari lebih bijak menyikapi berbagai rules yang diberikan selama pembelajaran ini.


Lalu, ada 3 HAL PENTING yang harus terus melekat dalam diri kami, emak-emak yang mau belajar ini adalah STAMINA, KOMITMEN dan ADAB. Banyak kegiatan, berkurangnya fokus, tuntutan keuarga dan pekerjaan, emosi yang belum bisa dikendalikan dengan baik, semuanya ngaruh banget ke upaya kita dalam belajar, bukan? Tapi bukankah tujuan belajar kita jauh lebih besar dari semua tantangan tersebut? Kurang tidur itu konsekuensi yang akhirnya saya ambil. Ya tidak apa-apa, karena it’s worth it in the end.

Saya percaya kekuatan emak-emak dalam membangun peradaban itu sungguh luar biasa. Mari satukan hati, eratkan genggaman dan sungguh semua lelah ini akan menjadi pemberat timbangan amal kita, memperlebar jalan kita menuju Jannah. Aamiin.




- Ibu Kancil -

Comments

  1. Saya suka remindernya ttg 3 poin itu Mom Wulan. Terlebih mengenai CoC atau Adab berkomunitas.
    Kemarin2 juga saya sempet gatel tangannya pas banyak yg kasih single word comments padahal udh dibilangin berkali hehee.

    Ohya, salam kenal dari saya ya. Saya ada di wag iip depok juga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Assalammu'alaikum, Mom :) Senang bisa ketemu disini! Ayo kita belajar dan saling mengingatkan yaaa... #pelukhangat

      Delete

Post a Comment

Nothing compares to good feedback, and yeah, good feedback means positive and negative feedback. I need those both! Please share here.

Popular posts from this blog

Parenting #01

Develop the Attitude of a Student

RUBIK #01 Revive Your Heart