Here’s What I Learned
Bismillah.
2. Semangat berbagi dan melayani
Seperti
yang pernah saya share sebelumnya, Alhamdulillah
saya diberi kesempatan untuk belajar dalam kelas Pra Matrikulasi Institut Ibu
Profesional (IIP) di kota saya. Sudah 2 minggu ini kami, para emak-emak yang
haus ilmu, “dipaksa” untuk semakin berdaya. Ternyata menjadi berdaya juga butuh
pengorbanan ya, ehehehe.
Hai,
para emak, yang pernah ngeributin emak bekerja vs emak rumah tangga dsb dsb,
yuk ah kita main bareng trus ngopi santai sambil diskusi bahwa GAK ADA
PENTINGNYA ngeributin hal yang nggak penting, seolah-olah nggak ada hal lain
yang lebih layak untuk diributin. We’ve
past through that, yes? Oh yes we are!
Di grup
kami, ada sebanyak 202 (yes, dua ratus dua!) emak-emak yang semuanya punya
semangat untuk berdaya dari dalam, dimulai dari diri sendiri, dalam keluarga
lalu dalam lingkungan masyarakat. Daaan… semangat yang kuat itu kok ya terasa
banget ke saya, masya Allah… kayaknya setiap diskusi dan sharing itu seperti
membawa ombak semangat yang menyapu pantai jadi basah dan jejak-jejaknya
semakin kuat.
Selama
interaksi beberapa hari tersebut, saya melihat ada emak-emak full time mom, ada
yang bekerja seperti saya sendiri, ada yang punya usaha, macem-macem banget. Menariknya,
kami semua menghadapi berbagai tantangan yang berbeda dalam menjalani
pembelajaran kami di grup ini. Oh well, sebelum bergabung di grup saja, coba
kita cek, ada berapa banyak grup WA dalam hp kita? Arisan RT, tim kerja di
kantor, orangtua siswa, geng gosip cantik, dan banyak lagi. Setiap orang dari
kami punya tantangan dan prioritas yang berbeda. Setiap hari, setiap saat. Anak
atau suami yang sakit, target penyelesaian pekerjaan kantor yang mendekat,
proyek sosial yang udah manggil-manggil, semuanya memaksa kami untuk bisa
adjust dan re-arrange our time allocation and priorities. Ya nggak?
Belum
lagi, karna saking semangatnya (biasalah emak-emak), kadang kami gak ngikutin
diskusi/chat sejak awal, lalu tiba-tiba menanyakan hal yang sudah ditanyakan
(dan sudah dijawab) atauuuu menanyakan ada tugas apa, kapan deadline tugas
dikumpulkan, atauuu justru komen dengan single
word comment seperti “hadir”, “nyimak” and in other forms of single word comment. Aaaaah ini tuh buat saya
adalah godaan banget untuk langsung komen “mak-mak yang kece dan baik hati, please stop commenting unnecessarily like
that because I could not concentrate on the materials given!” tapi lalu
mikir, kalau aku komen seperti itu, bukannya aku juga lagi ngasih komen gak
penting dan mengganggu konsentrasi emak-emak yang lain? Oh what a contrary!
Di satu
sisi, saya yakin emak-emak mengupayakan yang terbaik untuk bisa aktif belajar
dan menunjukkan eagerness to learn. Di
sisi lain, setiap emak juga punya hak untuk bisa berkonsentrasi atas materi
atau diskusi yang sedang berjalan tanpa terganggu oleh single word comment tadi.
So, for me, lets go back to
our Code of Conduct in this class.
- Memiliki integritas tinggi
Agak
berat membaca kata integritas? Yuk coba kita dalami sedikit makna kata ini. Di grup
foundation IIP, emak-emak pasti pernah membaca tentang sikap memiliki
integritas tinggi ini, bukan? Ini adalah salah satu perilaku bermartabat
emak-emak kece dalam menjalani kehidupan dan peran sebagai ibu, istri, anak,
pekerja, dsb. Dalam ranah IIP, integritas tinggi adalah komitmen dan
konsistensi antara perilaku dan pikiran yang sesuai dengan nilai, keyakinan dan
prinsip komunitas. Miriplah dengan saya yang kerja di kantor, pasti diminta
untuk punya integritas. Kenapa integritas? Karena begitu kita tergabung ke
dalam sebuah kelompok/tim/komunitas/apapun namanya, ada identitas kelompok yang
kita emban serta, bukan? “Itu tuh si Ibu Kancil yang gabung di IIP, yang
orangnya suka merendahkan orang lain, ih jangan-jangan semua emak di IIP juga
sifatnya sama kayak gitu ya”, gak enak kan kalau ada yang ngomong seperti ini? Naudzubillah.
Semua emak-emak di IIP adalah pejuang terdepan dalam keluarga, dalam memastikan
semua kebutuhan anggota keluarga, jadi saya yakin insya Allah dengan
pertolongan Allah, kita bisa memiliki integritas yang tinggi dalam menjalani
berbagai peran kita, salah satunya sebagai emak pembelajar di IIP, aamiin.
2. Semangat berbagi dan melayani
Ini
sebenarnya konsep dan filosofi yang sangat sederhana dan mendasar dalam sifat
manusia : manusia dilahirkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial,
keduanya berjalan berdampingan. Bukankah manusia terbaik adalah yang bermanfaat
bagi manusia lain? Dalam skala besar tentu bukan hanya kepada manusia lain, tetapi
juga bagi lingkungan, negara, dan agama. Serunya, di kelas pra matrikulasi aja
kami sudah didorong untuk selalu berbagi melalui tugas-tugas yang memungkinkan
kita berbagi keluar, salah satunya dengan tugas pembuatan blog. Nggak sedikit
emak yang berpikir, “saya nggak punya apapun untuk dibagi ke orang lain, saya gak
bisa nulis, tulisan saya isinya curhatan doang, gak makna deh pokoknya”. Eits,
bukannya manfaat itu dirasakan oleh orang lain ketika kita sudah memberikannya,
membagikannya? Siapa yang tahu, curhatan kita bisa jadi juga adalah curhatan
hati emak-emak lain yang kemudian saling memfasilitasi sehingga diperoleh
berbagai pilihan solusi bersama-sama? Menantang kan?!
3. Memisahkan kepentingan
pribadi dengan kepentingan komunitas
Kalau
saya yang sering ketemu UMKM akan bertanya pertama tentang keuangan usaha :
udah dipisahkan belum antara keuangan pribadi dan keuangan usaha? Rupanya konsep
ini juga harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat (dalam skala luas)
maupun dalam kehidupan bergrupWAria, salah satunya dalam IIP. Ingat the greater good yang ingin kita raih
bersama. Lalu cek kembali apakah kepentingan pribadi kita sebanding dengan hal
tersebut?
4. Semua boleh, kecuali yang
tidak boleh
Ini
sama kayak “everything is halaal until
proven haraam”. Iya nggak sih? Mari lebih bijak menyikapi berbagai rules
yang diberikan selama pembelajaran ini.
Lalu,
ada 3 HAL PENTING yang harus terus melekat dalam diri kami, emak-emak yang mau
belajar ini adalah STAMINA, KOMITMEN dan ADAB. Banyak kegiatan, berkurangnya
fokus, tuntutan keuarga dan pekerjaan, emosi yang belum bisa dikendalikan
dengan baik, semuanya ngaruh banget ke upaya kita dalam belajar, bukan? Tapi bukankah
tujuan belajar kita jauh lebih besar dari semua tantangan tersebut? Kurang tidur
itu konsekuensi yang akhirnya saya ambil. Ya tidak apa-apa, karena it’s worth it in the end.
Saya
percaya kekuatan emak-emak dalam membangun peradaban itu sungguh luar biasa. Mari
satukan hati, eratkan genggaman dan sungguh semua lelah ini akan menjadi
pemberat timbangan amal kita, memperlebar jalan kita menuju Jannah. Aamiin.
-
Ibu Kancil -
Saya suka remindernya ttg 3 poin itu Mom Wulan. Terlebih mengenai CoC atau Adab berkomunitas.
ReplyDeleteKemarin2 juga saya sempet gatel tangannya pas banyak yg kasih single word comments padahal udh dibilangin berkali hehee.
Ohya, salam kenal dari saya ya. Saya ada di wag iip depok juga :)
Assalammu'alaikum, Mom :) Senang bisa ketemu disini! Ayo kita belajar dan saling mengingatkan yaaa... #pelukhangat
Delete