It's Not Enough (to Learn)


Bismillah.


My Lord, increase me in knowledge” (QS Taha : 114)

Beberapa bulan terakhir saya ‘rajin’ nonton video lecture Ust Nouman Ali Khan (kita singkat jadi Ust NAK ya^^). Awalnya tidak sengaja membaca tulisan orang lain di Instagram or blog (saya lupa yang mana, whichever, semoga Allah memberkahi orang tersebut karena melaluinyalah saya jadi tahu tentang Ust NAK). Menuruti rasa penasaran, I ended up watching his lectures for hours and hours during my commuting trip daily to and from work.

I adore his work, his commitment to speaking to us, a common Muslim, in such a simple language and manner (Masya Allah, may Allah bless him and his family) that simply, with Allah’s will, touch my heart.

Ust NAK dengan sangat sederhana berbincang tentang makna ayat-ayat Allah SWT yang selama ini tidak pernah benar-benar saya perhatikan. Oh ya Allah, sungguh sebenarnya saya tidak pernah memperhatikan ayat-ayatMU.

Dengan ijin Allah, kemudian saya memutuskan untuk lebih banyak menonton, mendengarkan, membaca hasil kerja Ust NAK. Sambil perjalanan bolak-balik rumah-kantor-rumah di dalam kereta, sambil menyeterika di malam hari, sambil istirahat makan siang di kantor. Masya Allah. Salah satu catatan terpenting dari Ust NAK adalah bahwa tugas beliau adalah sebagai pemantik api, yang tentu saja, apinya harus dijaga agar tetap menyala, bukan?

Beberapa waktu lalu, saya bergabung dalam Komunitas Relawan NAK ID (komunitas yang bersama-sama berjuang agar pesan-pesan dakwah NAK dapat diterima secara lebih luas oleh masyarakat dan Muslim di Indonesia (melalui quotation, artikel, bahkan subtitle video lecture NAK). Kemudian ada diskusi mengenai (kurang lebih) Cukupkah Kita Belajar pada NAK?

Menurut saya, dan tulisan ini benar-benar pandangan dan pengalaman saya sebagai pribadi ya…. Menurut saya, belajar (melalui mendengarkan, menonton, dan membaca) pekerjaan dan karya NAK, adalah langkah awal untuk kembali jatuh cinta pada Islam dan Al Quran. Ketika kita jatuh cinta, umumnya kita merasa ada kecocokan, atau ada hal tertentu dari sesuatu tersebut yang membuat kita tidak bisa lepas, rasanya ingin selalu ada. Islam dan Al Quran sudah selayaknya membuat kita jatuh cinta karena kesempurnaan isi dan ajarannya. Tapi, bahkan kita (yang mostly) terlahir sebagai Muslim atau hidup dikelilingi oleh Muslim, cinta akan Islam dan Al Quran bisa jadi malah belum pernah kita rasakan. Ini yang terjadi pada saya. Well, Alhamdulillah Allah memberikan guidance sehingga saya bisa kembali.

Kita yang terlahir Muslim dan hidup dikelilingi Muslim, kadang merasa bahwa kita baik-baik saja, dan cukuplah hidup seperti ini sebagai Muslim. Mengaji sesekali, sholat nanti-nanti, puasa tunggu Ramadhan, bahkan kita kadang nggak aware atas perilaku kita sehari-hari. Makanya kita butuh pengingat.

Nah, di negara kita, kita terbiasa mendengarkan ceramah (di TV biasa selepas Subuh dan ketika akhir pekan) dari Ustad dan Ustadzah yang wallahu’alam, kita bahkan tidak tahu kompetensi beliau. Tanpa mengurangi rasa hormat, kita terbiasa percaya-percaya saja dan meng-iya-kan pesan-pesan Ust dan Ustdz tersebut tanpa menelaah lebih jauh. Kita “malas” menelaah lebih dalam. Ketika Ust A berkata “ini haram”, misalnya, kita cenderung mengikuti. Well, apapun bentuknya, rasanya kita sebagai umat Muslim butuh lebih dari sekedar ceramah keagamaan yang kurang mengasah pikiran dan akal kita.

Saya, setelah mendengarkan beberapa lecture NAK, merasa, wow, kemana aja gw???? Jadi Muslim kok saya “diem-diem” aja? Kenapa bisa merasa seperti itu? Karena begitu sederhananya bahasa yang digunakan oleh NAK, sampai-sampai pesannya masuk ke dalam hati (masya Allah) dan rasanya banyak hal yang harus saya pelajari.

Pertama, NAK menyampaikan pesan dengan menjelaskan makna kata dari ayat yang dipaparkan. Ini yang mengena banget buat saya karena honestly, saya nggak belajar bahasa Arab dan jujur saya sebenernya sama sekali nggak paham terjemahan Al Quran yang saya baca, jadi selama ini saya anggap sambil lalu (astaghfirullaaah). Gara-gara ini, saya jadi ingat bahwa RA Kartini bahkan berujar (dan terkenal dengan ujarannya ini) : Dari Kegelapan Menuju Cahaya. Terjemahan Al Quran saja tidak cukup, saya masih dalam kegelapan. Saya butuh “cahaya” makna kata dalam Al Quran untuk akhirnya bisa memahami pesan Allah. Poinnya disini adalah pentingnya belajar bahasa Arab dengan tujuan memahami Al Quran.

Kedua, NAK memberi contoh dan analogi yang begitu sederhana dan sangat erat dengan keseharian saya. Contohnya dalam Does Money Matter? Yang membahas perintah Allah dalam menggunakan uang. Ini “ngena” banget karena contoh yang disampaikan adalah contoh sehari-hari yang biasa ditemui. Cerita lain, suami saya (yang bingung istrinya nonton video apa siy tiap nyetrika sampai malam) nonton salah satu lecture NAK dimana NAK menyampaikan bahwa makanan terbaik adalah makanan yang diperoleh dari hasil kerja keras sendiri, meskipun makanan itu adalah pizza yang sudah 2 hari lalu. Kalimat ini “ngena” banget ke suami saya sampai air matanya menetes. Masya Allah. Poinnya disini adalah kesederhanaan NAK dalam memberi contoh dan perumpamaan.

Ketiga, NAK selalu mendorong dan meng-encourage untuk belajar bahasa Arab, untuk juga mendengar lecture dari Ust yang lain, untuk juga membaca Al Hadits, membaca Sirah, mencari tahu, ikut kajian, bahkan kalau memungkinkan, belajar selama beberapa tahun fokus di Al Quran. Kenapa? Karena NAK menyampaikan beliau bukan ulama, NAK tidak bisa mengeluarkan fatwa, NAK bukan Muslim Scholar, dsb. Beliau bilang bahwa tugas beliau adalah menyampaikan lecture supaya kita terdorong untuk belajar lebih banyak tentang agama Allah dan Al Quran dan mendorong kita untuk juga menyebarkan pesan Islam kepada lingkungan kita dengan bahasa dan penyampaian yang mudah diterima. Poinnya disini adalah bahwa jangan tutup mata dan hanya belajar dari NAK. Jangan mengkultuskan NAK, or anybody. Please don’t.

So, as a wrap-up, bagi saya pribadi, dan semoga umat Muslim dapat mengambil pelajaran positif yang disampaikan oleh NAK, NAK berperan dalam :
  1. Increase my awareness that I must learn Arabic to be able to understand Quran
  2. Change my thinking about Quran that This Book is a Provider for every solution I need as Muslim in this world
  3. Challenge my thinking that every single world of the Quran bears a whole knowledge if I am willing to pay attention
  4. Learning is never enough, I will never enough to fulfill what Allah wanted from us, that’s why Allah “only” asks for progress, not perfection.


Jadi, bagi saya, tentu saja belajar dari NAK tidak akan cukup. Begitu banyak ilmu Allah, dan sebanyak itu pula seharusnya kekuatan kita untuk belajar memahaminya.


Peluk hangat,

Ibu Kancil

 Jakarta, 20 November 2017



Comments

Popular posts from this blog

Parenting #01

Develop the Attitude of a Student

RUBIK #01 Revive Your Heart