Pengajaran Baca Tulis Anak Usia Dini (Tahap Pramembaca)


Bismillah.

Jadi ceritanya, kita tuh sebenarnya tahu dan paham kan ya, kalau belajar itu ada tahapannya, ada step by step-nya. Nah, ketika sudah jadi orangtua, kadang saya kok ya jadi berkurang sekali tingkat sabarnya dan terutama, berkurang sekali pemahaman akan tahapan tadi, padahal kan dulu juga saya pernah jadi anak-anak dan pernah ngerasain belajar itu bertahap. Misalnya, dulu saya kan ya nggak langsung belajar perkalian tho di matematika? Belajar mengenal angka dulu, lalu urutan angka, trus berhitung sampai 20, 200, dst sampai kemudian belajar perkalian. Sekarang ketika sudah jadi orangtua, kok ya saya gak tahan banget ngeliat ibu-ibu lain anaknya sudah bisa baca, tulis, berhitung…. Ya ampuuun… it’s so stressing really! Belum lagi saya dengar sekolah dasar itu sekarang maunya anak baru masuk itu sudah bisa baca-tulis-hitung. Subhanallah. Trus pasti buibu tahu banget kalau beberapa tahun terakhir ini banyak sekali les baca tulis di sekitaran rumah kita ya, kan? Ada yang ngasih jaminan 1 bulan, 1 minggu, bahkan 1 hari loh! Seriously?!!

Gak heran kalau saya jadi stres sendiri.

Trus saya melakukan self-reflect. Saya tanya sama diri saya sendiri : ini Panglima Kancil mau dibentuk jadi orang seperti apa? Saya diskusi mendalam dengan Jendral Kancil. Jujur, saya dan Jendral Kancil senang belajar hal baru, senang membaca. Kami ingin Panglima Kancil merasakan kegembiraan ketika belajar, karena ketika dia senang, maka kami yakin pembelajaran akan berjalan dengan baik dan tujuan jangka panjang kami insya Allah tercapai tanpa pakai urat marah. Maka kami sepakat, tabungan sabar kami harus selalu ditambah setiap saat.

Nah, urusan belajar baca tulis pada anak ini ternyata panjang loh, buibu. Bukan sekedar cepat bisa. It’s waaaaaay beyond that. Bisa baca itu sebenarnya gampang dan tujuan yang sangat pendek. Tujuan jangka panjangnya apa? Tujuan jangka panjangnya adalah memahami makna dan konteks bahasa lisan dan tulisan. Selain itu, ada comprehension, ada menyimak, ada berargumentasi/berdikusi, ada menceritakan kembali, dst. See, it’s more than just reading!

Maka, dengan terlebih dahulu kita sebagai orangtua paham bahwa membaca itu lebih dari sekedar melisankan tulisan, maka saya sebagai Ibu harusnya bisa lebih mempersiapkan diri dong ya dalam membangun kecintaan anak akan belajar, dan dalam hal ini membaca. Kan ya saya gak pengen dong, anak saya gagal paham, gagal berkomunikasi, gagal membangun argumen cerdas yang tepat dengan cara yang baik.

Apa yang bisa kita lakukan di rumah dalam rangka membangun kecintaan anak akan membaca?


Dalam Buku Jatuh Cinta pada Montessori karya Tante Guru Vidya D Paramita, ada 2 tahap utama dalam mengajarkan anak kemampuan membaca : Tahap Pramembaca dan Tahap Teknis Membaca. Yuk kita dalami dulu tentang tahap pramembaca! 

😇Tahap Pramembaca😇

Tahap ini memiliki tujuan besar, yaitu mengembangkan kemampuan mendengar, menyimak, memahami, menceritakan kembali, menambahkan pendapat dan berdiskusi/berargumentasi. Kok ya sepertinya tujuannya terlalu jauh dan berat ya?

Coba kita teliti lagi. Bukankah kita setiap hari mendengarkan berbagai suara, apakah itu mendengar berita di radio atau televisi, mendengar orang berdiskusi, mendengar suara binatang, bunyi kendaraan di jalan raya, dll, lalu ketika ada sesuatu yang menarik, kita akan mendengarkan benar-benar dan menceritakannya kembali ke orang lain? Bukankah kita menaruh perhatian lebih dalam mendengarkan suatu hal? Contohnya adalah saya di kantor. Hampir setiap hari di kantor kami diadakan rapat membahas suatu ide. Pada rapat tersebut, saya akan memberi perhatian lebih ketika mendengarkan orang lain berbicara, artinya, saya sedang menyimak

Bedanya dengan mendengar, menyimak memiliki tingkatan yang lebih tinggi karena ada hal yang ingin kita tangkap atau ambil dari perkataan orang lain sehingga kita memberi lebih banyak perhatian terhadapnya. Kita berkonsentrasi lebih, kita memberi fokus. Ini adalah kegiatan menyimak. Dari kegiatan menyimak, kita akan mendapat informasi mendalam tentang sesuatu daripada sekedar mendengar, bukan? Ada nada bicara yang akan kita tangkap dari menyimak. Hei, kok dia agak marah ya ketika ngomongin ini? Kita bisa merasakan ada emosi marah itu ketika kita menyimak, bukan? Kayaknya dia gak paham yang dia bicarakan, pernah bilang seperti ini? Tentu saja kita dapat menarik kesimpulan seperti ini ketika kita tidak hanya mendengar, tetapi menyimak.

Oke, kegiatan menyimak yang dilakukan tentu punya tujuan, bukan? Tujuan dari menyimak adalah memahami. Kita menaruh perhatian lebih, kita berkonsentrasi, kita fokus pada hal yang kita simak agar kita dapat memahaminya. Bayangkan ketika bos atau atasan kita sedang memberikan arahan kepada kita. Kita tentu berusaha memahami arahan beliau dengan cara menyimak. Ada hal yang berusaha kita pahami, berusaha kita mengerti. Hal ini didapat dari kemampuan menyimak.

Lalu bayangkan sekarang, setelah memberi arahan, bos kita lalu bertanya, “ada pertanyaan? Apakah Anda paham? Coba jelaskan kepada saya apa yang harus kita lakukan sebagai tim di kantor ini”. Sangat biasa bukan, mendengar ini? Ya, tentu saja. Setiap saat, kita dihadapkan untuk dapat menceritakan kembali sesuatu. Entah itu hal yang kita alami, hal yang kita dengar, hal yang kita rasakan, apapun. Kemampuan menceritakan kembali ini bagi saya adalah dasar dalam kemampuan berkomunikasi dua arah dan membangun hubungan sosial atau jejaring yang kuat. Kita bisa menceritakan kembali ketika kita menyimak dengan baik dan mampu menangkap pesan dari pembicara, bukan?

Ketika kita menceritakan kembali suatu ide, gagasan, atau cerita, tentu kita pribadi memiliki pandangan terhadap ide/gagasan/cerita tersebut. Pada momen ini, kita akan juga menambahkan pendapat/pandangan/argumen kita ketika bercerita. Dari sini, akan terjadi kegiatan diskusi. Inilah bentuk komunikasi paling kompleks pada manusia. Berdiskusi membutuhkan daya pikir jernih terhadap suatu hal yang dibahas dan pemahaman bahwa setiap pihak boleh memiliki argumen yang berbeda tanpa menghakimi atau memandang rendah pihak lain. Luar biasa bukan, betapa tahap pramembaca ini begitu mendalam perannya? Next kita belajar tahapannya ya, insya Allah.

-Ibu Kancil- 

Comments

Popular posts from this blog

RUBIK #01 Revive Your Heart

Parenting #01

Develop the Attitude of a Student