For Sisters With Lots of Love (Kakak Pertama)
Saya punya empat saudari, dua kakak dan dua adik.
Well, banyak ya? Gitulah. Sekarang kami berempat (kakak-kakak, saya dan adik) tinggal terpisah dari rumah. Si kecil tentu saja masih nebeng di rumah keluarga. Tulisan ini dibuat karena tiba-tiba saya diserang rasa kangen luar biasa kepada keempat saudari saya. Tentu saja, setahun sekali di Idul Fitri kami bisa berkumpul lengkap di rumah. Sesekali, satu-dua orang pulang ke rumah dengan durasi yang sangat pendek (1-3 hari).
Karenanya, lebaran adalah masa-masa perang dunia berulang karena lima orang anak perempuan sudah lebih dari cukup untuk menciptakan kekacauan di rumah kami yang kecil. Jangan bayangkan betapa damainya memilliki lima orang anak perempuan, karena hal itu jelas akan ditentang Ibu saya mati-matian dengan kalimat saktinya, "Udahlah, kalian ngumpul semua malah bikin ribut, kacau. Udah sana balik aja ke kota masing-masing!" yang membungkam mulut cerewet kami (dan membubarkan kericuhan yang kami ciptakan).
Kakak pertama adalah seorang guru di sebuah SMA di Sukabumi. Badannya paling kecil diantara kami berlima. Ia sangat menyukai bahasa inggris dan mengajar, tidak aneh ia hidup dengan kedua hal tersebut. Kakak pertama (sebagaimana dalam hampir semua film mandarin) memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kami adik-adiknya. Bayangkan, kakak pertama pernah menjawab bahwa Lady Di (dulu kami menyebutnya Putri Diana) adalah wanita tercantik di dunia ketika kami bertanya padanya dan saya mempercayai hal itu sampai saya masuk SMP. Bodohnya. Salah satu pengaruh terbesar kakak pertama terhadap saya yaitu kecintaan beliau pada bahasa inggris. Ketika kami masih kecil, Bapak membelikan antena parabola yang memungkinkan kami menonton tayangan tv luar negeri. Dengan ini, secara langsung (atau tidak langsung?) Bapak membukakan jalan bagi kakak pertama (yang kemudian belajar di jurusan pendidikan bahasa inggris). Tayangan tv berbahasa inggris menjadi hal yang sangat keren di mata kami (terutama saya). Kami berempat (adik terakhir lahir bertahun-tahun kemudian) belajar bahasa inggris dari tayangan yang kami tonton tiap hari, terutama MTV. Saya masih ingat kalimat yang dilontarkan kakak pertama kepada saya yang ketika itu sangat ingin bisa berbahasa inggris :"No, kalau kamu bisa nulis lirik satu lagu bahasa inggris cuma dari denger lagu itu tanpa pernah liat liriknya, kamu berarti udah bisa bahasa inggris." Jadilah saya menghabiskan waktu lebih banyak di depan MTV yang saat itu menampilkan banyak boyband. Akhirnya pilihan saya jatuh pada lagu Human Nature yang judulnya Eternal Flame. Saya nongkrong di depan tv sambil mencatat liriknya sesuai yang saya dengar. Seminggu kemudian, saya melaporkan hasil catatan saya ke kakak pertama. Beliau berkata, "No, jago juga kamu!". Saya nyengir sangat sangat lebar.
Kakak pertama sangat menyukai pakaian bagus. Koleksi pakaiannya banyak. Ia juga sangat membanggakan badannya yang ia sebut sebagai "standar model Prancis"(baca : kurus tipis =p) yang membuat kami (saya dan kakak kedua memalingkan muka tiap kali ia mengatakan hal ini). Kakak pertama adalah contoh seorang anak pertama berwatak keras kepala. Entah kenapa ia selalu mampu membuat saya membatalkan keinginan untuk curhat kepadanya.
Kakak pertama adalah seorang yang brilian dalam berbagai hal yang ia suka. Menggambar? Mudah baginya. Menulis apalagi. Kakak pertama adalah korban serial dan komik Sailor Moon. She really adores Pangeran Bertopeng : ganteng, tinggi, putih, cerdas, MISTERIUS.
Saya pernah berkata kepada kakak pertama di suatu sore di teras depan rumah bertahun yang lalu, "Mbak, lima, tujuh atau sepuluh tahun lagi kamu akan menikah. Apakah kita akan bisa tetap seperti ini? Ribut, rame, bertengkar sampai nangis?" Kakak pertama hanya tersenyum.
Bertahun kemudian, saat ini, kakak pertama akan menikah dalam beberapa bulan ke depan (insyaALLAH). Dan saya ingin sekali menanyakan hal yang sama kepadanya. Saya kok rasanya ingin menangis tiap mengingat bahwa suatu saat kami akan benar-benar terpisah dan mungkin akan sulit untuk bisa sekedar menghabiskan satu hari di kamar kakak pertama di rumah : teriak, ribut, bertengkar, dan diakhiri dengan tangisan kakak pertama atau adik ketiga serta kalimat sakti Mamah.
Salah satu gambar bikinan kakak pertama
Note : Kakak pertama masih memanggil saya "Nolan" sampai sekarang
January 28th, 2011
07.59 AM
Comments
Post a Comment
Nothing compares to good feedback, and yeah, good feedback means positive and negative feedback. I need those both! Please share here.